BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bahasa merupakan bahasa alat
komunikasi yang umum dalam masyarakat. Tidak ada masyarakat dimana pun mereka
tinggal yang tidak memiliki bahasa. Bagaimanapun wujudnya, setiap masyarakat
pastilah memiliki bahasa sebagai alat komunikasi.
Seseorang yang memiliki keterampilan
berbicara mudah dalam menyampaikan ide dan gagasan kepada orang lain, keberhasilan
menggunakan ide dan gagasan itu dapat diterima oleh orang yang mendengarkan
atau yang diajak bicara. Sebaliknya seseorang yang memiliki keterampilan
berbicara akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan ide gagasannya kepada
orang lain.
Berpidato sering dilakukan orang
dari dulu sampai sekarang. Dalam penataran-penataran, peringatan-peringatan,
seminar, perayaan-perayaaan. Seseorang yang memiliki kemampuan berpidato dalam
forum- forum tersebut biasanya mendapatkan tempat di hati para pendengarnya.
Itulah sebabnya banyak orang ingin memiliki keterampilan berbicara dengan baik
agar sanggup memberikan berpidato di hadapan masa dengan baik.
Seorang pemimpin, seorang ahli,
seorang guru, seorang mahasiswa hendaknya berusaha pula memiliki keterampilan
berbicara umumnya dan memilki kemampuan berpidato di hadapan masyarakat khususnya
karena bagaimana pada suatu saat ia akan melakukan berpidato.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, jenis, metode,
persiapan pidato ?
2. Bagaimana cara menulis
naskah, menguraikan isi, struktur, menyusun naskah, penyuntingan naskah,
penyempurnaan naskah, penyampaian pidato serta tempo, dinamik, warna suara
dalam berpidato?
3. Apa pengertian,
macam-macam dan komponen ceramah ?
C.
Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PIDATO
1.
Pengertian
Pidato
Pidato adalah kegiatan berbicara
satu arah di depan umum
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, gambaran atau suatu masalah
kepada pendengar untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, misalnya untuk bermusyawarah, memberikan rujukan. Pidato
dapat disampaikan dalam
situasi formal dan
non formal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan bahasa lisan
sebagai media utama yang bertujuan memberi pamahaman atau informasi dengan rasa
percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar mengikuti ajakan pembicara
secara sukarela.
Fungsi pidato adalah menyampaikan informasi kepada
pendengarnya, mendidik, mempengaruhi, menghibur
pendengar, sebagai propaganda, mempermudah komunikasi serta menciptakan suatu
keadaan yang kondusif dimana hanya perlu satu orang yang melakukan orasi/pidato
tersebut.
2.
Jenis-jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a.
Pidato Informasi
Pidato informasi adalah pidato yang
dilakukan dengan tujuan menginformasikan, memberitahukan atau menjelaskan
sesuatu. Suasana
yang serius dan tertib benar-benar dibutuhkan pada jenis pidato ini, perhatian
akan dipusatkan pada pesan yang akan disampaikan. Dalam hal ini, orang yang
berpidato haruslah orang yang dapat
berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat
isi agar informasi yang disampaikan benar-benar terjaga keakuratannya. Dengan
demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi dengan sungguh-sungguh.
Contoh pidato informasi
adalah berikut ini :
Pidato Ketua Umum Pemilu tentang hasil
pemilihan suara
b.
Pidato Persuasi
Pidato Persuasi adalah pidato yang
bertujuan meyakinkan pendengar tentang sesuatu. Pada jenis pidato ini, orang
yang berpidato benar-benar dituntut memiliki keterampilan berbicara yang baik
karena dia bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi
setuju dan tidak mau membantu jadi mau membantu, orang yang berpidato harus
melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi
yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh pidato persuasi
adalah sebagai berikut :
1)
Pidato
pimpinan partai di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut.
c. Pidato
Aksi
Pidato aksi adalah pidato yang bertujuan
untuk menggerakkan. Pada pidato jenis ini, orang yang berpidato haruslah orang
yang berwibawa,
tokoh idola atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan
pandai membangkitkan semangat.
Contoh
pidato aksi adalah :
1) Pidato
presiden Soekarno
dalam menggerakkan rakyat Indonesia untuk tetap
memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah.
2) Pidato
Bung Tomo dalam mengerakkan pada pemuda dengan cara membangkitkan semangat juang
mereka pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
3. Metode
Pidato
Berdasarkan cara penyampaiannya terdapat 4 metode pidato,
yaitu berikut ini :
a. Metode
Impromptu
Metode impromptu adalah metode
pidato berdasarkan kebutuhan sesaat,
tidak
ada persiapan. Orang yang berpidato secara serta-merta berbicara/berpidato berdasarkan
pengetahuan dan kemahirannya.
Keuntungan :
1) Lebih mengungkapkan
perasaan pembicara
2) Gagasan datang secara
spontan
3) Memungkinkan pembicara terus berpikir
Kerugian :
1) Menimbulkan kesimpulan
yang mentah
2) Mengakibatkan
penyampaian tidak lancar
3) Gagasan yang disampaikan
ngawur
4) Demam panggung
b. Metode
Menghafal
Metode menghafal adalah metode pidato yang terlebih dahulu ditulis naskahnya
dengan mengikuti aturan-aturan penulisan naskah pidato, setelah itu naskah
pidato tersebut dihafalkan kata demi kata.
Keuntungan :
1) Kata-kata dapat dipilih
sebaik-baiknya
2) Gerak dan isyarat yang
diintegrasikan dengan uraian
Kerugian :
1) Komunikasi pendengar
akan berkurang karena pembicara beralih pada usaha
2) Untuk mengingat
kata-kata
3) Memerlukan banyak waktu
c. Metode Naskah ( Manuskrip)
Metode naskah adalah metode pidato yang dilakukan dengan
cara membaca naskah yang telah dipersiapkan. Cara atau metode ini biasanya dilakukan dalam pidato-pidato resmi.
Keuntungan :
1) Kata-kata dapat dipilih
sebaik-baiknya
2) Pernyataan dapat dihemat
3) Kefasihan bicara dapat
dicapai
Kerugian :
1) Komunikasi pendengar
akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung pada mereka
2) Pembicara tidak dapat
melihat pendengar dengan baik
3) Pembuatannya lebih lama
d.
Metode Ekstemporan
Metode ekstemporan adalah metode pidato yang
dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan penting sejenis kerangka sebagai
pedoman. Dengan mempergunakan kerangka tersebut, si pembicara atau orang yang berpidato
dengan bebas berbicara dan dengan bebas pula memilih kata-kata sendiri.
Kerangka tersebut hanya digunakan untuk mengingat urutan-urutan ide.
Keuntungan :
1) Komunikasi pembicara
dengan pendengar lebih baik
2) Pesan dapat fleksibel
Kerugian
:
1) Kemungkinan menyimpang
dari garis besar
2) Kefasihan terhambat
karena kesukaran memilih kata-kata.
4. Persiapan
Pidato
Untuk mempersiapkan sebuah pidato yang baik,
perlu diperhatikan 7 langkah berikut ini :
a. Merumuskan
tujuan pidato
b. Menganalisis pendengar dan situasi
c. Memilih
dan menyempitkan topik
d. Mengumpulkan bahan
e. Membuat
kerangka (outline)
f. Menguraikan
isi pidato secara terperinci
g. Berlatih
dengan suara nyaring
Ketujuh langkah persiapan pidato tersebut dapat
dikelompokkkan menjadi 3 langkah sebagai berikut :
1)
Meneliti Masalah, yang terdiri
atas langkah-langkah (a),
(b), dan (c).
2)
Menyusun atau menulis
naskah pidato , yang terdiri atas langkah-langkah (d), (e) dan (f).
3)
Latihan oral, yaitu
langah (g).
5. Menulis
Naskah Pidato
a. Teknik
Menulis Naskah Pidato
1)
Mengumpulkan bahan
Anda boleh mulai menulis naskah pidato dengan
menggunakan apa-apa yang telah Anda ketahui mengenai persoalan yang akan dibicarakan/sampaikan.
Jika hal ini di anggap kurang cukup maka harus
mencari
bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang
konkret untuk mengembangkan pidato ini. Buku-buku, peraturan-peraturan, majalah-majalah, dan surat
kabar merupakan sumber informasi yang kaya dan dapat digunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan
isi pidato.
2)
Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat dibuat sebelum mencari bahan-bahan
dengan menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang
terperinci baru dapat dibuat setelah bahan-bahan selesai dikumpulkan.
Pokok-pokok utama dibuatkan perincian dengan tujuan bahwa bagian-bagian yang
terperinci itu harus memperjelas pokok-pokok utama tadi.
Inti dari kerangka pidato dalah berikut ini :
Inti dari kerangka pidato dalah berikut ini :
a) Pendahuluan
Bagian pendahuluan memuat salam pembuka, ucapan terima kasih
(apabila ada yang akan diberi ucapan) dan kata pengantar untuk menuju kepada isi pidato.
b) Isi
Bagian ini memuat uraian topik yang terdiri atas topik atau pokok utama dan subtopik yang memperjelas atau
menghubungkan
dengan topik
utama.
c) Penutup
Bagian penutup memuat kesimpulan, harapan
(apabila ada),
dan salam
penutup.
b. Susunan
Naskah Pidato
Naskah pidato biasanya dibuat dengan susunan
sebagai berikut :
1)
Pembukaan
2)
Pendahuluan
3)
Isi pokok
4)
Kesimpulan
5)
Harapan
6)
Penutup
1). Pembukaan
Pidato biasanya diawali dengan kata pembuka,
misalnya :
“Assalamualaikum
Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh”
“Salam
sejahtera selalu”
2). Pendahuluan
Pendahuluan berupa ucapan terima kasih yang
disampaikan kepada para undangan, atas waktu/kesempatan yang telah diberikan, dan juga sedikit penjelasan mengenai pokok masalah
yang akan kita uraikan dalam pidato.
3). Isi Pokok
Isi pokok merupakan uraian yang menjelaskan
secara terperinci, semua materi dan persoalan. Urutannya harus teratur dan jelas
mulai dari awal sampai akhir.
Pidato yang baik ditandai
oleh beberapa kriteria. Kriteria tersebut adalah sebagai berkut :
a. Isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang
berlangsung
b. Isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar
c. Isinya tidak menimbulkan pertentangan sara
d. Isinya jelas
e. Isinya benar dan objektif
f. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
g. Bahasa disampaikan secara santun, rendah hati, dan
bersahabat
4). Kesimpulan
Dalam naskah pidato faktor kesimpulan ini sangat
penting karena dengan menyimpulkan segala sesuatu yang telah dibicarakan, ditambah dengan penjelasan dan
anjuran, para hadirin dapat menghayati maksud dan tujuan semuanya yang
dibicarakan oleh si pembicara karena apa yang terakhir dikatakan biasanya lebih mudah dan lebih lama
diingat.
5). Harapan
Harapan merupakan sebagian dari kesimpulan,
tetapi biasanya merupakan suatu dorongan agar hadirin menaruh minat dan
memberikan kesan terhadap pembicaraannya misalnya berikut ini.
“…
dengan tuntutan serta perkembangan zaman yang sangat maju serta dalam era
globalisasi hendaknya
orang tua selalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan putra-putranya, baik di lingkungan
sekolah maupun lingkungan masyarakat agar jangan …”.
6). Penutup
Setiap naskah pidato biasanya diakhiri dengan
penutup. Ini merupakan ucapan terima kasih atas kesediaan hadirin untuk
memperhatikan isi pidato disertai salam penutup kepada para hadirin.
“sebagai
akhir kata kami ucapkan terima kasih . . .”.
“Wassalamualaikum
Wa Rahmatullaahi Wa Barakatuh”.
6. Menguraikan
Isi Pidato
Dengan mempergunakan kerangka yang telah dibuat, ada 2 hal yang
dapat dilakukan :
a.
Mempergunakan kerangka tersebut
untuk berpidato, yaitu berpidato dengan menggunakan metode ekstemporan
b.
Menulis atau menyusun naskah
pidato secara lengkap untuk dibacakan atau dihafalkan.
Bagian pendahuluan dan penutup tidak memuat inti
pembicaraan atau isi pidato sehingga tidak diuraikan secara terperinci disini
tetapi dapat
diihat langsung pada contoh naskah pidato setelah bahasan isi selesai dibicarakan. Jadi, yang akan dijelaskan secara
terperinci adalah bagian isi pidato.
7. Struktur Isi Pidato
Struktur isi pidato adalah rangkaian isi pidato
dari awal
sampai akhir. Ada beberapa cara merangkai isi pidato, antara lain :
a. Alur
Dasar Pidato
1)
Tahap
perhatian
Tahap perhatian adalah tahap pertama
yang dilakukan pembicara atau orang dengan baik.
2) Tahap
kebutuhan
Tahap yang dilakukan pembicara dalam menjelaskan pentingnya masalah yang akan dibicarakan
sehingga pendengar akan berusaha memahami masalah atau hal-hal peting yang
disampaikan pembicara.
3) Tahap
penyajian
Tahap penyajian merupakan tahap pembicara menyajikan materi pidato yang
telah dipersiapkan melalui naskah atau kerangka pidato.
b. Pola
Organisasi Pidato
1)
Pola urutan
Ada dua macam pola urutan yang digunakan untuk
menyusun isi pidato, yaitu :
a)
Urutan Kronologis
Urutan Kronologis adalah susunan isi yang dimulai
dari periode atau data tertentu, bergerak maju atau mundur secara sistematis.
b)
Urutan ruang
Urutan ruang adalah susunan isi yang berurutan
berdasarkan kedekatan fisik satu dengan yang lainnya.
2) Pola
sebab
Organisasi pidato yang menggunakan pola sebab
bergerak sebagai berikut :
a)
Dari suatu analisis sebab di saat
ini bergerak kearah analisis akibat di masa yang akan datang.
b)
Dari deskripsi kondisi disaat ini
bergerak ke arah analisis sebab-sebab yang memunculkannya
3)
Pola topik
Organisasai pidato yang menggunakan pola topik dilakukan apabila materi
yang dibicarakan lebih dari satu periode
atau kelompok.
8. Menyusun
Naskah Pidato
a.
Membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia,
menjaga kesatuan dan kepaduan pidato
b.
Menyusun ide pokok menurut
tahap-tahap urutan alur dasar pidato (perhatian,
kebutuhan, kepuasan dan lain-lain) atau menurut salah satu pola organisasi
(misalnya, urutan kronologis, urutan ruang).
c.
Memasukkan dan menyusun submateri
yang berhubungan di setiap ide pokok
d.
Mengisi materi pendukung yang
memperkuat atau membuktikan ide.
e.
Memeriksa draft kasar, untuk
meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan mencerminkan tujuan khusus
pidato.
9.
Penyuntingan
Naskah Pidato
Yang disunting adalah
isi, bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato itu. Isinya dicermati kembali apakah
telah sesuai dengan tujuan pidato, sesuai dengan calon pendengar, dan sesuai
dengan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga dipastikan apakah benar,
representatif dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato.
Kemudian, penyuntingan terhada bahasa diarahkan kepada pilihan kosakata,
kalimat, dan paragraf. Ketepatan pilihan kata, kalimat, dan paragraf. Ketepatan
pilihan kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf menjadi
perhatian utama. Lalu, penalaran dalam naskah pidato juga disunting untuk
memastikan apakah isi dalam naskah pidato telah dikembangkan dengan menggunakan
penalaran yang tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif, atau campuran.
10. Penyempurnaan Naskah Pidato
Penyempurnaan aspek
bahasa dilakukan dengan mengganti kosakata yang lebih tepat dan menyempurnakan
kalimat dengan memperbaiki struktur dan gagasannya. Sementara itu, penyempurnaan
paragraf dilakukan dengan memperbaiki koherensi dan kohesi paragraph. Untuk
itu, penambahan kalimat, penyempurnaan kalimat, atau penghilangan kalimat perlu
dilakukan.
11. Penyampaian Pidato
Menyampaikan pidato
berarti melisankan naskah pidato yang telah disiapkan. Akan tetapi,
menyampaikan pidato bukan sekedar membacakan naskah pidato di depan hadirin,
tetap perlu juga menghidupkan dan menghangatkan suasana dan menciptakan
interaksi yang hangat dengan audiensi. Untuk itu, seseorang yang akan
menyampaikan pidato harus mampu menganalisis situasi dan manfaatkan hasil
analisisnya itu menghidupkan suasana dalam pidato yang akan dilakukan.
Agar seseorang memiliki kemampuan yang memadai
dalam hal pidato, maka dia harus memenuhi syarat-syarat berpidato.
Syarat-syarat itu antara lain sebagai berikut:
a.
Berpengetahuan luas
b.
Berkepribadian baik,
c.
Jujur dan ikhlas,
d.
Bijaksana dan sopan santun,
e.
Punya keberanian moral,
f.
Kaya dengan perbendaharaan kata,
g.
Berpikir kritis,
h.
Meyakini dan menguasai tema pembicaraan,
i.
Mengenal dan memahami karakteristik audience,
j.
Percaya diri,
k.
Bersikap menarik,
l.
Bertanggung jawab.
Agar penampilan pidato dapat berhasil
dapat berhasil dan menarik, maka diperlukan adanya variasi langgam atau gaya
tertentu.Gaya atau langgam yang sering timbul dalam suatu penampilan pidato
antara lain seperti berikut ini.
a.
Langgam Agama
Langgam agama mempunyai suara yang terkadang naik dan
kemudian menurun dengan gaya ucapan yang lambat dan ceremonis. Pada umumnya
langgam semacam ini sering ditampilkan oleh para khatib, muballig, dan sebagainya
dalam pidato kerohanian.
b.
Langgam Agiator
Langgam agiator dikemukakan secara agresif dan
terbanyak digunakan dalam pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat umum, yang
bersifat propaganda politis. Biasanya juga langgam ini dipakai untuk
mencetuskan sentimen di kalangan massa sesuai dengan konsep propaganda. Di
dalam hal ini jiwa massa akan dikuasai dan digiring ke arah tujuan yang
diinginkan .
c. Langgam
Konversasi
Langgam konversasi merupakan langgam yang paling
bebas, jelas, tenang dan terang, yang sering digunakan dalam
pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat yang yang sifatnya terbatas. Langgam ini
banyak persamaannya dengan orang yang sedang berbicara biasa dan sering kali
dilakukan pada pertemuan-pertemuan yang serius.
d.
Langgam Didaktik
Langgam didaktik adalah langgam yang sifatnya
mendidik kepada para pendengar, seperti seorang guru yang sedang mengajar
kepada siswanya. Langgam ini bersifat menggurui, sehingga sering meimbulkan
rasa kurang enak jika ditujukan kepada pendengar yang merasa lebih pandai
daripada pembicara. Langgam ini tepat dipakai pada waktu berpidato kepada pendengar yang
usianya lebih muda daripada pembicara.
e.
Langgam Sentimentil
Langgam sentimentil ini biasanya dipakai secara
efektif dan banyak berguna di dalam pertemuan umum dengan jalan mengemukakan
kepuasan-kepuasan atau kekecewaan-kekecewaan dengan penuh perasaan. Segi
positif langgam ini adalah akan menyenangkan si pendengar bila berisi tentang
kepuasan-kepuasan atas keberhasilan, tetapi segi negatifnya akan menimbulkan
sentimen jika berisi tentang kekecewaan atau keprihatinan-keprihatinan atas kejadian
sosial di sekitar kita.
f.
Langgam Teater
Langgam teater adalah langgam berpidato yang penuh
dengan gaya dan mimik seperti yang diperankan oleh para aktor atau aktris dalam
teater. Di dalam hal ini pembicara berpidato dengan akting lengkap dengan gerak
wajah (mimik), gerak lengan, gerak kepala, dan pemakaian vokal lengkap dengan
tekanan dan intonasinya seperti dalam pementasan panggung sandiwara.
12. Tempo, Dinamik, dan Warna Suara
Keberhasilan sebuah
pidato banyak bergantung pada penguasaan orang yang berpidato terhadap tempo,
dinamik, dan warna suara. Tempo dapat diartikan cepat lambatnya pengucapan,
tidak berbicara terlalu cepat atau sebaliknya. Dinamik berkaitan dengan keras
lembutnya suara. Warna suara adalah kaitan antara kata yang diucapkan dengan
suasana hati, misalnya suasana gembira, sendu, sedih, atau khidmat, sesuai
dengan tujuan mata acara yang ditetapkan.
B. CERAMAH
1.
Pengertian
Ceramah
Ceramah dalam kamus bahasa Indonesia adalah
pidato yang bertujuan untuk memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk, sementara
ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar. Dengan melihat kepada pengertian
diatas, ceramah dapat diartikan sebagai bentuk dari dakwah yaitu dakwah
bil-kalam yang berarti menyampaikan ajaran-ajaran, nasehat, mengajak seseorang
dengan melalui lisan.
2.
Macam-Macam
Ceramah
a. Ceramah
umum
Ceramah adalah pesan yang bertujuan
memberikan nasehat dan petunjuk-petunjuk, sementara ada audiens yang bertindak
sebagai pendengar. Sedangkan
umum
adalah keseluruhan untuk siapa saja, khalayak
ramai, masyrakat luas, atau lazim. Jadi ceramah umum adalah pidato yang
bertujuan untuk memberikan nasehat kepada khalayak umum atau masyarakat luas.
Di dalam ceramah umum ini keseluruhannya bersifat menyeluruh, tidak ada
batasan-batasan apapun baik dari audiens yang tua maupun muda, materinya
juga tidak ditentukan, sesuai dengan acara.
b. Ceramah
khusus
Pengertian ceramah sudah dipaparkan
seperti yang diatas akan tetapi kali ini akan dipaparkan pengertian dari
ceramah khusus itu sendiri yang mana khusus adalah tersendiri,istimewa, tak ada
yang lain, jadi ceramah khusus
itu sendiri berarti cermah yang bertujuan untuk memberikan nasehat-nasehat
kepada mad’u atau khalayak tertentu dan juga bersifat khusus baik
itu materi maupun yang lainnya. Sedangkan dalam ceramah khusus banyak batasan-batasan
yang dibuat
mulai dari audiens yang sesuai dengan yang diinginkan dan materi juga yang menyesuaikan dengan keadaan. Contoh:
Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Is ra’miraj, maulid nabi, bulan
puasa dll.
3.
Komponen Ceramah
Komponen-komponen atau unsur-unsur ceramah sama
saja dengan komponen-komponen dakwah:
a.
Da’i (penceramah)
Seorang da’i atau pencermah harus mengetahui
bahwa dirinya adalah seorang da’i atau penceramah, artinya sebelum menjadi penceramah perlu mengetahui apa tugas dari
pencermah, modal dan bekal itu sendiri atas apa yang harus dimiliki oleh
seorang pencermah.
b.
Mad’u
Mad’u atau audiens merupakan sebagai penerima
nasehat-nasehat. Audiens bermacam-macam kelompok manusia yang berbeda mulai
dari segi intelektualitas, status ekonomi, status sosial, pendidikan, jenis
kelamin dll.
c.
Materi
Agar lebih menggugah pemikiran para audiens untuk
mendengarkan materi-materi yang diberikan oleh sang pencermah. Oleh sebab itu,
harus dapat memiliki bahan yang tepat atau menarik agar si mad’u tertarik, dan
sesuai dengan pokok acara, materi yang akan disampaikan harus betul-betul dikuasai sehingga
penampilan penuh keyakinan, tidak ragu, dan jangan sampai menghilangkan
konsentrasi dirinya sendiri. Dengan itu, materi harus disusun secara
sisitematis, dengan artian judul, isi, dan acara tersebut sifatnya betul-betul
mempunyai hubungan. Sehingga pembahasan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
d.
Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu sebuah metode dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada audiens yang pada
umumnya mengikuti secara pasif. Muhibbin Syah, (2000). Metode ceramah dapat
dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan
informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan
yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham audiens. Sedangkan metode
dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i guna menyampaikan
materi. Sumber metode ceramah adalah alquran dan hadis, menunjukkan begitu
besar perannya metode dalam berdakwah.
e.
Media dakwah
Media adalah alat yang digunakan umtuk menyampaikan
materi ceramah kepada audiens. Berdakwah pada zaman sekarang tidak hanya bisa
dilakukan oleh para mubaligh di masjid, tetapi bisa dilakukan dengan banyak
cara dan banyak tempat banyak media yang bisa digunakan pada zaman sekarang
sebagai media dakwah seperti televisi, koran, majalah, buku, lagu dan internet.
Hal ini seperti yang dilakukan oleh beberapa grup musik nasyid yang menggunakan
lagu sebagai media dakwah.